Ibnu Mubarak
mendatangi mata air zam-zam untuk minum. Tidak begitu saja meminumnya, namun
beliau menghadap ke Ka’bah sembari
berdoa,”Ya Allah sesungguhnya saya meminumnya agar tidak kehausan dihari
kiamat..”
Zam-zam adalah mata air yang terberkahi. Kisahnya
mulai saat Ismail kecil ditinggalkan oleh ayahandaya Nabi Ibrahim
as di gurun pasir, berdua dengan
ibundanya Hajar karena memenuhi perintah Allah. Hajar, seorang wanita shaleh
dan penuh sabar, menanggapi perintah Allah dengan sangat tegar, ia mengatakan
pada suaminya,”Jika itu perintah Allah, maka Allah tak akan membiarkan kami,..”
Namun karena menunggu begitu lama Ibrahim kembali,
sehingga perbekalan mereka habis terutama air, akhirnya Hajar merasa harus
berusaha mencari air dengan berlari-lari mulai bukit Shafa hingga Marwa untuk
melihat apakah ada air di sana, tanpa putus asa, sehingga malaikat pun turun
ditempat Ismail kecil ditinggalkan, atas izinNya memancarlah air yang melimpah
dari hentakan kaki Ismail. Dan malaikat berkata pada Hajar,”Janganlah khawatir
disia-siakan. Sesungguhnya di tempat inilah Baitullah akan dibangun oleh anak
ini dan ayahnya..”
Dan mata air yang keluar disamping Ismail itu
terbukti tak pernah kering hingga kini, mukjizat Allah masih bisa siabadikan
dirasa dan dirasakan bagi semua manusia. Zam-zam bak mata air surga yang
memancar ke bumi. Ada beberapa kisah menarik tentang zam-zam ini, karena
ternyata perjalanan mata air sebagai pasokan air tebesar para jamaah haji
diseluruh dunia ini, tak hanya berjalan lurus tanpa onak dan duri bahkan
pertikaian. Air bagi masyarakat Arab saat itu, apalagi yang sangta melimpah
merupakan symbol kehidupan seseorang. Tak heran setelah terlihat air memancar
dari tempat Ismail diletakkan, ada kabilah Jurhum meminta izin kepada keluarga
Hajar untuk hidup berdampingan.
Penguasaannya pun turun temurun, saat Ismail as
wafat, zam-zam ada di “tangan” kabilah Jurhum. Saat itu ada kabilah lain dari
Yaman yang tertarik adanya sumber air yang melimpah, mereka adalah Kabilah
Khaza’ah yang akhirnya memutuskan hidup berdampingan dengan Kabilah Jurhum.
Seperti layaknya masyarakat social lainnya, mreka pun sering bertikai, hingga
akhirnya terjadi pertempuran, dan Jurhum kalah dalam pertempuran itu, sehingga
terusir dari sana. Namun entah mengapa sirik hati seseorang itu datang tak bisa
diprediksi, meski menang dalam pertikaian, bisa-bisanya kabilah Khaza’ah
menimbun air zam-zam itu sampai tak berbekas.
Namun, Allah berkehendak lain, Abdul Muthalib, kakek
Nabi Muhammad menggali lagi mata air tersebut, setelah sebelumnya bermimpi
diperintahkan menggali mata air tersebut. Dalam mimpinya juga disebutkan secara
pas dimana letaknya dengan ditandai ada sekawanan burung gagak yang
mengai-ngais tempat itu, dan ada sarang semutnya. Dengan ditemani Harits, Abdul
Muthalib akhirnya menemukan kembali mata air tersebut, dan bertanggung jawab
untuk menjaga mata air zam-zam itu yang akhirnya sebagai supplay utama kebutuhan
air untuk para jemaah haji.
Upaya menjatuhkan umat yang berhubungan dengan
zam-zam pun sudah terjadi dari masa kemasa. Khalid bin Abdullah Al Qasri,
penguasa Makkah tahun 89 H, mencoba membuat sumur lain diluar Mekkah agar para
jamaah meninggalkan sumur zam-zam yang diberkahi itu, Namun usahanya orang yang
suka mencela Ali ini gagal. Para jamaah tetap berbondong-bondong menuju sumur
zam-zam itu, hingga sumur tandingan itu ditimbun, tak berbekas.
Bukan dari kalangan bangsa Arab sendiri usaha untuk
“menjatuhkan” zam-zam dimata dunia pun dilakukan oleh para kalangan Bangsa
Barat, kali ini oleh konsulat Inggris yang berkedudukan dijedah tahun 1304 H,
yang menyatakan air zam-zam telah dicemari banyak bakteri dan kuman yang dapat
menyebabkan sakit kolera. Kabar ini didengar oleh Khalifah Utsmaniyah, Abdul
Hamid II. Beliau megirim dokter muslim untuk mengecek kebenaran berita
tersebut, ternyata itu hanya isapan jempol belaka. Pesona air yang penuh berkah
itu, manfaat yang tiada habisnya, juga merupakan air yang terjaga dari zaman
Ismail sampai kini tetap terjaga sebagai air yang terbaik. Upaya ini dimaksud
untuk menjatuhkan Islam dalam satu segi, namun tentu saja ini sia-sia. Karena
camput tanganNya untuk menjaga air ini tetaplah ada.
Zam-zam banyak disebut sebagai air dari surga memang
telah lama diungkap, bahkan Ibnu Abbas pernah mengatakan kepada seseorang,
“Letakkan timbamu disumber yang berada di arah sudut Ka’bah, sesungguhnya ia
merupakan bagian dari mata air surga”. Air ini juga disebut-sebut sebagai pembasuh
hati Rasulullah sebanyak empat kali. Disebutkan dalam sebuah hadits,”Di buka
atap rumahku saat aku di Makkah, lalu turunlah Jibril as, kemudian dibuka
dadaku dan mencucuinya dengan air zam-zam.” Hal ini juga terjadi saat beliau
berumur 4 tahun, sepuluh tahun dan saat menerima wahyu terakhir sebelum Mi’raj.
Beberapa sahabat dan ulama mengakui zam-zam juga
sarana terkabulnya doa. “Air zam-zam
untuk apa-apa yang diniatkan untuk meminumnya.” (Riwayat Al Baihaqi). Maknanya,
jika meminumnya agar terhindar dari azab, jika Allah mengizinkan akan
memperolehnya. Jika meminumnya agar sembuh dari penyakit maka akan mendapat
kesembuhan atas izin Allah. Juga hal-hal lainnya. Inilah yang biasa dilakukan
para ulama.
Imam Abu hanifah,
meminum air Zam-zam agar masuk golongan orang yang alim, maka, akhrinya
beliau menjadi orang yang paling faqih dizamannya. Imam Syafi’i dengan beberap
tujuan, agar pandai memanah, agar menjadi orang alim dan tentu saja masuk
surga. Setelah meminumnya dengan niat seperti itu, ia bisa memanah dengan
tepat, dari sepuluh kali panahan, ia dapat melakukan 9 dengan tepat.
Imam Hakim pun berdoa saat meminum air Zam zam agar
memiliki kemampuan menulis karya dengan baik. Jadilah beliau termasuk ulama
yang memiliki buku yang berkwalitas.
Zam zam juga mempunyai keistimewaan tersendiri
disamping beberapa kemuliaan yang telah disebutkan diatas, karena bisa sebagai
obat, minuman juga makanan. Mengaoa makanan? Karena ada di riwayat disebutkan
Abu Dzar memasuki awal keislaman diMekkah, tidak makan selama 30 hari, kecuali
dengan minum air zam-zam. Sabda Rasulullah,”Sebaik-baik air dimuka bumi adalah
air Zam zam. Sesungguknya ia makanan yang mengenyangkan dan obat bagi penyakit”
(Riwayat At-Thabarani).
Karena Zam zam sebagai air terbaik dan mempunyai
riwayat dan keutamaan yang sangat besar, sangatlah berarti bila kita
menempatkannya dan konteks yang benar, diminum dengan benar dan berniat dengan
baik pula, karena terkadang beberapa orang menganggapnya sebagai jimat,
mengusir hama atau memercikkan ditanah untuk kesuburan dan lain sebagainya. Dan
ini dikhawatirkan akan berbau syirik, dan malah timbulkan sesesatan dan
dosa. Karena itu, seyogyanya luruskan
niat, bila kita gunakan pada semestinya sebagai minum, makanan, obat dan
niatkan untuk hal yang baik, InsyaAllah akan diijabahi Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar